Pelatihan PKP Slide 1

Peserta pelatihan PKP dari tiap Kecamatan di Kabupaten Simalungun.

Tim Monitoring Asset dari Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun Slide 2

Pemeriksaan Asset sekolah yang bersumber dari dana BOS,DAK dan APBD. Untuk mengedit slide melalui edit HTML template.

Blog Siswa SDN 098168 Bah Lias Slide 3

Latihan Ektrakurikuler Pencak Silat di SDN 098168 Bah Lias, Semoga kelak apa yang dipelajari dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi manusia yang berbudi luhur tau benar dan salah, edit slide ini melalui edit HTML template.

Kegiatan KSN tingkat Kecamatan Bandar Slide 4

Kegiatan Lomba KSN Kecamatan Bandar Terdiri dari 46 Sekolah yang mengikuti perlombaan, edit slide ini melalui edit HTML template.

Kamis, 03 November 2022

3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memanfaatkan sumber daya yang di miliki dari diri sendiri dan sumber daya yang di miliki sekolah yang berguna untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah bersama murid-murid dan seluruh warga sekolah.Ekosistem merupakan sebuah system lingkungan dimana terjadi interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan sekolah.

Sekolah di sebut sebuah ekosisitem karena sekolah merupakan bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

Sebagai seorang pemimpin harus mengetahui sumberdaya yang ada di sekolah, dan menyadari dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. 7 aset atau sumber daya sekolah tersebut antara lain:

  1. Modal Manusia
  2. Modal Fisik
  3. Modal Sosial
  4. Modal Finansial
  5. Modal Politik
  6. Modal Lingkungan/ Alam
  7. Modal Agama dan budaya

Ada dua pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset:

  1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan melihat dengan cara pandang negatif.  memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.
  2. Pendekatan  berbasis aset (Aset-Based Thinking)adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Dalam pengelolaan aset di sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran harus menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau aset based thinking.

Apa pentingnya berfikir berbasis aset?

·           Dengan  berfikir berbasis aset maka kita bisa  fokus pada aset atau kekuatan, merangsang proses berpikir, merangsang otak ke arah kemajuan dan solusi, jika berfikir berbasis kekurangan, maka sebaliknya akan menghambat proses kemajuan, sehingga memunculkan banyak peluang, membuka jalan, membuka banyak kesempatan dan kekuatan sehingga apa yang kita inginkan bisa tercapai.

·            Dengan berfikir berbasis aset maka kita bisa membayangkan masa depan, dengan berorientasi atau membayangkan masa depan itulah maka akan banyak membuka kesempatan dan peluang untuk mewujudkan masa depan yang kita inginkan. Dengan berfokus pada masa depan, melihat potensi yang ada, apa yang sudah berkembang dan apa yang sudah berjalan

·            Dengan berpikir berbasis aset maka kita bisa berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih, sehingga kita fokus untuk belajar dari kesusksesan yang telah diraih, memaksimalkan potensi yang ada untuk meraih kesuksesan selanjutnya.

·            Dengan  berfikir berbasis aset maka kita bisa mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya

·            Dengan  berfikir berbasis aset maka kita bisa merancang rencana berdasarkan visi dan kekuatan

·            Dengan  berfikir berbasis aset maka kita bisa mewujudkan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Dengan berpikir berbasis  aset, kita mengembangkan potensi sekolah, sebagai penguatan tentang bagaimana mengelola aset sekolah, berusaha memunculkan kekuatan pada aset-aset yang ada. Dengan selalu berpikir positif, berbasis pada kekuatan yang ada, apa yang sudah berjalan maka kita bisa memaksimalkan potensi yang ada dan bisa memajukan kemajuan sekolah.




Jadi dengan berfikir berbasis pada aset maka kita akan bisa fokus pada aset atau kekuatan, sehingga bisa membayangkan masa depan, kita pun akan berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih, dan kita akan bisa mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya dan kita akan bisa merancang rencana berdasarkan visi dan dan kekuatan serta bisa mewujudkan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Seorang pemimpin pembelajaran harus bisa mengelola aset yang ada dengan pendekatan positif agar bisa memanfaatkan aset yang ada  untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, sehingga bisa mewujudkan siswa yang selamat dan bahagia

Dengan modul 3.2 mengarahkan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus selalu berpikir positif.untuk bisa mengembangkan potensi sekolah.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Aset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:Modal ManusiaModal Sosial,  Modal Fisik, Modal Lingkungan/alam, Modal Finansial, Modal PolitiK, Modal Agama dan budaya.

Aset-Based Community Development (ABCD) atau kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, yang suatu pendekatan yang menitikberatkan pada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada:

·         Usaha mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

·         Kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

·         Aset atau berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

·         Gerakan seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

2. SINTESIS BERBAGAI MATERI


A.     Modul 1.1 Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Modul 1.1 tentang sumber daya manusia yaitu murid itu sendiri, sebagai pemimpin pembelajaran maka kita harus mendidik siswa semaksimal mungkin sesuai filosofi Ki Hadjar agar siswa bisa berkembang sesuai kodratnya. Menurut Ki Hadjar Dewantara, bahwa maksud pendidikan itu adalah kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Siswa memiliki 2 kodrat alam dan kodrat zamannya, sebagai pemimpin pembelajaran kita bisa mengelola aset sumber daya murid dengan pola asah asih asuh dengan menuntun mereka agar bisa melejitkan potensi siswa sehingga bisa mencapai kebahagiaan yang setingi-tingginya. Modul 1.1 berfokus pada anak-anak, sehingga guru sebagai petani, bisa menuntun kodrat anak agar bisa tumbuh sesuai kodratnya dengan mengelola aset yang ada.

B. Modul 1.2  Nilai dan peran Guru Penggerak

Modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, juga membahas tentang sumber daya manusia yaitu dari segi guru, dimana untuk bisa mengelola potensis siswa, maka seorang gru harus memiliki kapasitas, komepetensi dan dasar nilai dalam mengelola aset yang ada. Nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam pengelolaan aset sekolah terutama untuk mewujudka profil pelajar pancasila. Juga ada cara kerja bagaimana memkasimalkan nilai-nilai karakter anak agar bis aberkembang dengan baik. Begitu juga dengan peran sebagai guru penggerak yaitu pemimpin pembelajaran, pemimpin pengembangan sekolah, pemimpin manajemen sekolah. Dalam modul ini juga dibahas bagaimana pengembangan karakter pada anak, bagaimana karakter bertumbuh atau pengelolaan sumber daya murid kita

C.  Modul 1.3 Tentang Visi guru Penggerak

Modul ini berbicara bagaimana mengelola aset atau sumber daya, pendekatan apa yang kita gunakan untuk melakukan sebuah perubahan, bagaimana kita mencapai perubahan atau visi yang kita inginkan sehingga modul 3.2 ini kembali memperkuat modul 1.3  tentang pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA dalam melakukan perubahan atau pengembangan sekolah. Melalui pendekatan IA, Model BAGJA maka sebagai pemimpin pembelajaran kita bisa melakukan perubahan yang berbasis aset atau sumber daya untuk menuju perubahan positif. BAGJA memiliki tahapan sebagai berikut:

D. Modul 1.4 Buadaya Positif

tentang budaya positif yaitu berupa lingkungan yang mendukung perkembangan siswa, Sebagai petani, maka kita akan memaksimalkan sumber daya lingkungan yang positif agar anak anak bertumbuh sesuai kodratnya. Sebagai pemimpin pemelajaran adalah abgaiamana mengelola budaya positif , mengelola lingkungan baik biotik maupun abiotic yang mendukung perkembangan karakter baik pada siswa sehingga tujuan pendidikan seperti yang diharapkan terwujud yaitu menjadikan siswa selamat dan bahagia

E. Modul 2.1 Tentang pembelajaran berdiferensiasi

Dimana sebagai pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai  kodrat berbeda sehingga dibutuhkan pembelajaran diferensiasi sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam tersebut. Untuk bisa melakukan perubahan dalam kelas dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi maka seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan aset atau sumber daya dan juga memanfaatkan aset atau sumber daya yang ada, baik itu sumber daya manusia komponen biotik  maupun sumber daya yang berupa komponen abiotik, yaitu  sarana prasarana dan keuangan untuk bisa menyusun dan mendesain strategi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dan tepat sehingga bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa

Setiap anak memiliki kodrat yang berbeda baik dari segi minat, profil belajar, maupun kesiapannya sehingga pembelajaran berdiferensiasi sebagai sebuah strategi untuk menuntun anak sesuai kekuatan kodratnya.

F. Modul 2.2 Tentang pembelajaran sosial emosional

Modul yang membahas cara atau strategi sebagai pemimpin pembelajaran untuk  menuntun anak-anak untuk mewujudkan siswa yang selamat dan bahagia. Pendidikan ataupun pembelajaran bukan semata mata berorientasi pada aspek kognitif tapi bagaimana bisa mengembangkan kecerdasan sosial emosional pada diri anak agar anak bahagia.Tehnik mindfulness bisa dijadikan strategi atau cara mengelola sumber daya manusia yang kita miliki yaitu murid sehingga potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.

G. Modul 2.3 Coaching

Modul 2.3 tentang coaching merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Coaching memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak sehingga metakognisinya meningkat dan berpikir kritis dan mencapai potensi diri yang optimal.

H. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin Pembelajaran

Dalam modul ini seorang pemimpin pembelajaran, dituntut untuk bisa mengambil keputusan yang beretika dengan menggunakan prinsip berpikir berbasis 4 paradigma, 3 resolusi berpikir dan 9 langkah pengujian keputusan. Prinsip pengambilan Keputusan ini sangat penting apalagi yang berkaitan dengan pengelolaan aset atau sumber daya sekolah untuk kepentingan murid.

2. RENCANA TINDAKAN

Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata

a. Latar belakang

(Apa yang mendasari Anda membuat rancangan tindakan ini?)

Sumber daya  atau aset adalah hal yang sangat mendukung kemajuan sekolah, untuk itu saya sebagai guru harus bisa memetakan aset sekolah , sehingga saya bisa memaksimalkan pemanfaatan aset guna mendukung pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas pendidikan

b. Tujuan

(Apa dampak pada murid yang ingin dilihat dari rancangan tindakan ini?)

Pemetaan dan pengelolaan  aset atau sumber daya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas pendidikan secara umum

c. Tolok Ukur

(Bukti apa yang dapat dijadikan indikator bahwa tindakan ini berjalan dengan baik?)

Evaluasi terhadap proses pelaksanaan aksi nyata

d. Dukungan yang dibutuhkan

(Apa saja bahan, alat, atau pihak yang Anda butuhkan untuk menjalankan tindakan? Bagaimana Anda akan mendapatkannya?

 Untuk melaksanakan aksi nyata diperlukan kolaborasi  semua pihak di sekolah, sehingga saya memerlukan bantuan pemangku kepentingan di sekolah

-kepala sekolah

-rekan sejawat

-Staf TU

-siswa

e. Linimasa tindakan yang akan dilakukan

Untuk melaksanakan aksi nyata saya menyusun prosedur BAGJA pada modul 1.2

  1. Buat  Pertanyaan  atau define : Meminta  murid untuk menggali cita-cita dan harapan  tentang kelas impian mereka dengan menginventarisir potensi dan kekuatan: -Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat kelas lebih menyenangkan? – bagaimana mewujudkan kelas yang nyama dan menyenanngkan
  2.  Ambil Pelajaran atau Discover:  Mengidentifikasi hal-hal yang diinginkan, contohnya: apa pengalaman menyenangkan yang pernah siswa alami?
  3. Gali Mimpi atau Dream: menanyakan ke siswa , menanyakan pendapat setiap angota kelas tentang pendapat dan perasaan mereka tentang impian kelas yang nyaman dan menyenangkan, contohnya: Seperti apa kelas yang menyenangkan ?bagaiaman perasaan kelas yang nayamn dan menyenangkan 
  4. Jabarkan Rencana atau Design, membuat capaian yang realistis, misalnya apa langkah-langkah  untuk menyiapkan kelas yang nyaman dan menyenangkan, Bagaimana  pengaturan kelas  agar tetap nyaman dan menyennagkan
  5. Atur Eksekusi atau Deliver: menyusun tim kerja, misalnya  siapa saja yang terlibat dan apa saja peran masing-masing murid ?

Jumat, 28 Oktober 2022

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

 

  Wawancara dengan Kepala sekolah SDN 098168 Bah Lias

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,  Perkenalkan nama saya Rusli, S.Pd  Calon Guru Penggerak Angkatan 5 dari SD Negeri 098168 Bah Lias, Kecamatan Bandar  Kabupaten  Simalungun. Saya ucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing, mengarahkan dan memberikan support kepada saya yaitu Bapak Machmud dan juga kepada Pengajar Praktik saya Ibu Nurasni Hasibuan, S.Pd.

Sebelum Menyelesaikan 14 pertanyaan yang di berikan kita akan selesaikan dulu Kegiatan Pemantik.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Maksud dari kalimat diatas adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang konsekuensi dari sebuah pilihan merupakan hal yang benar, namun membakali mereka dengan pengetahuan tentang hal baik dan buruk adalah sesuatu yang sangat penting. Bahwa pengetahuan/knowledge saja tidak cukup, murid juga harus dibekali dengan pendidikan karakter.

  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang  Anda pelajari saat ini ?                Hal tersebut sangat berkaitan dengan proses pembelajaran      saya saat ini untuk peningkatan kompetensi dan berkarakter akan tetapi peningkatan kompetensi tidak berarti jika apa yang di dapat tidak dapat diimplementasikan dan di imbaskan kepada orang lain.        
  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?                                                                      Jika kita dalam mengambil keputusan mengunakan nilai-nilai atau prinsip-prinsip sesuai aturan maka keputusan kita akan memberi dampak positif terhadap diri dan lingkungan.
  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?                                        Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita juga dapat berkotribusi pada proses pembelajaran baik berupa ide maupun materi yang kurang di pahami oleh seseorang guru sehingga keputusan yang di ambil dapat di terima dengan baik berdasarkan diskusi atau prinsip kolaborasi.


Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari mengimplementasikan kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah Dilema etika?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda  untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Saya jawab ya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid  kita yang berbeda-beda ? 

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya cukup memahami  betapa pentingnya seorang pemimpin memahami 4 paradigma pengambilan keputusan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan dalam pengujian keputusan agar keputusan yang diambil lebih efektif dan lebih tepat guna dalam menangani kasus atau masalah yang sedang dihadapi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral Dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Dengan mempelajari modul ini saya pernah menerapkan pengambil keputusan sebagai seorang pemimpin hanya berdasarkan hati nurani dan perasaan akan tetapi keputusan yang saya ambil kadangkala tidak berdasarkan  4 paradigma pengambilan keputusan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan dalam pengujian keputusanprinsip sehingga kadang kala menimbulkan keraguan dalam diri.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang saya rasakan sangat baik  karena dalam mengambil keputusan saya harus menjalankan 4 paradigma pengambil keputusan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

 untuk mempelajari topik pada modul ini sangat penting karena akan mempersiapkan diri kita menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dalam mengambil suatu keputusan dalam  menyelesaikan masalah-masalah atau kasus Yang sering terjadi di sekolah dengan orang lain maupun diri sendiri sehingga kita dapat mengambil keputusan yang benar dan efektif.